Rabu, 17 Desember 2014

Buang Air di Gunung (?)



Who doesnt love Sabanna ? Siapa yang gak mau guling-guling di padang rumput nan indah dan luas seperti foto foto di atas ? dan tentunya tanpa di bayang-bayangi kekhawatiran akan keberadaan 'ranjau' yang mematikan ?

Yak.. ranjau, bukan dalam makna yang sebenarnya. Ia masuk dalam kategori SAMPAH yang mengganggu keindahan pegunungan. Ranjau yang saya maksud adalah 'ranjau' darat yang teksturnya lengket jika masih baru dan kering kalau udah kelamaan dijemur >.< Ranjau ini merupakan hasil olahan akhir dari pabrik yang bernama manusia ! Sudah tau kan yang saya maksud? tak perlu saya deksripsikan lebih vulgar lagi kan?

Sungguh tidak berperikemanusiaan, orang-orang yang tega mengotori sabana indah ini dengan ranjau buatannya,, apalagi kalau lokasinya di jalur atau di sela-sela rumput dengan latar belakang pemandangan yang indah dan tak jauh dari jalur. Lebih parah, ranjau ini dibiarkan tergeletak tak berdaya tanpa dikubur dan ditutup tanah sedikit pun T_T (salah satu teman saya pernah kena jebakan ini).
Memang sih gak gampang menemukan tempat buang air yang ideal selama mendaki di gunung, apalagi untuk para pemula yang terbiasa hidup di kota dengan fasilitas toilet yang bersih. Tapi justru di gunung ini, menurut saya, keliatan aslinya seseorang, apakah dia orang nya bersih atau nggak. Kalau emang orang nya bersih, pasti dia gak akan tinggalin kotorannya gitu aja, baik itu kotoran dari perut sendiri atau tissu yang digunakan saat buang air

Oleh karena itu, demi menjaga kebersihan dan keindahan pegunungan, berdasarkan pengalaman empiris selama beberapa kali saya mendaki, ada baiknya saya bagi tips mana yang sebaiknya dilakukan dan tidak ketika buang air..
Dont :
  1. jangan buang air apalagi buang air besar di sepanjang Jalur Pendakian, kalaupun kebelet. Tolong melipir agak jauh dari jalur. Hargai pendaki lain di belakangmu agar ia tak menginjak kotoranmu
  2. jangan buang air di daerah atau stupa atau tugu peninggalan sejarah. Hargai warisan nenek moyang !
  3. (KHUSUS PARA LELAKI) Jangan simpan urine atau buang air di dalam botol plastik, lalu botolnya kamu buang gitu aja di atas gunung tanpa kamu bawa turun. Banyak banget saya ketemu yang beginian. Jorok. Ini ide praktis, tapi gila! coba bayangkan butuh berapa lama botol plastik terurai? Belum lagi dengan keberadaan urine di dalamnya. udah berubah warna jadi apa itu belasan tahun ke depan?
  4. Jangan buang bekas tissue di sekitar tempat buang air. Ini miris banget, beberapa tempat buang air ditandai dengan bekas tisu-tisu yang bertebaran di sekitarnya :( Tolong sebisa mungkin bawa kembali bekas tisu nya.
  5. jangan tinggalkan Kotoran mu begitu saja. Lebih baik gali lubang lalu timbun dengan tanah. Malu sama kucing !
Do :
  1. Cari tempat yang sekiranya aman dan tertutup. Di balik semak semak tinggi, jauh dari pandangan mata pendaki lain, bukan di areah perkemahan, bukan di jalur dan yang paling penting bukan di tempat yang berbahaya dan mengancam jiwa
  2. Bagi wanita yang rada ribet dan suka risih, demi alasan keselamatan dan kenyamanan bawa temen pas mau buang air, itung-itung gantian jagain. Buang air saat kondisi hampir gelap juga lebih nyaman :D
  3. Ingat! kalau mau buang air besar, bawa pisau atau kayu keras untuk gali lubang... lalu setelah terisi .. tutup lagi dengan tanah. Ini lebih beradab dibanding, pup lalu tinggalkan.
  4. kalau masih risih juga, usahakan gak usah pup di gunung, tahan sampai turun lagi. ini yang rada sengsara bagi penganut harus pup tiap hari, apalagi kalau long-track. hahaa. Saya sendiri juga belum pernah pup di gunung, ntah kenapa gak bisa aja. Kemaren long-track hari ke 4 baru bisa keluar, itupun pas udah di bawah.
Sekian tulisan berikut curahan hati saya kali ini, semoga kita makin peduli dengan kotoran kita sendiri.  Ingat. GUNUNG BUKAN TEMPAT SAMPAH.

Kamis, 04 Desember 2014

Mangrove Center Graha Indah Balikpapan



Balikpapan memang bukan kota wisata, kota yang dijuluki kota minyak ini penduduknya pun kebanyakan pendatang dari luar daerah yang datang untuk merantau atau bekerja di industri-industri yang konsentrasinya kebanyakan di ladang minyak atau tambang.
Untuk memenuhi hasrat liburan selain Mall, balikpapan punya pantai, penangkaran buaya taritip, atau kalau mau yang agak jauh ke taman wisata Bukit Bangkirai yang terletak di KM 38. tak banyak yang tahu balikpapan punya potensi wisata lain yaitu Mangrove Center.
Setahu saya ada 3 konsentrasi tempat budidaya Mangrove, salah satu yang sudah resmi dibuka dan pernah saya kunjungi adalah Mangrove Center di Graha Indah Karyangau. Dari judulnya udah jelas ya.. wisata yang dilihat adalah tanaman Mangrove. Mangrove ini sengaja ditanam di pesisir pantai dan hilir sungai untuk mencegah abrasi juga untuk melestarikan habitat fauna borneo seperti Bekantan.

Di Mangrove Centre Karyangau kita bisa menyewa perahu klotok untuk berkeliling menyusuri sungai Somber selama 1 jam bolak-balik dan tentunya ditemani oleh tur guide. Untuk menyewa perahu dihargai sekitar 300rb per perahu bisa di isi sampai 10 orang.
Selama menyusuri sungai dengan klotok kita bisa melihat Bekantan yang lagi cari makan. Jumlahnya cukup banyak, terutama saat menjelang sore banyak tampak keluarga bekantan yang keluar mencari makan di pucuk pohon Mangrove yang menjulang. Berasa lagi di pedalaman kalimantan kalau nyusur sungai gini, kanan kiri rimbun hutan mangrove, kalau mesin klotoknya dimatikan cuma kedengaran suara alam, burung berkicau dan suara bekantan, terasa banget lah suasana di hutannya.

Mangrove Center Graha Indah



Untuk menuju tempat ini, dari pertigaan jl soekarno hatta km 6, belok ke arah Karyangau, lalu ikuti jalan sampai ketemu gapura Graha Indah, kawasan ini merupakan komplek Perumahan, dari sini sudah ada panduan berupa plang hijau kecil dengan tulisan berwarna putih yang akan membawa kita ke pintu masuk konservasi, semakin kedalam jalannya akan semakin kecil tapi masih cukup untuk mobil masuk. Kalau berencana tur perahu, jangan terlalu sore datangnya, maksimal jam 4 sore.



si Capt kapal klotok lagi cari petunjuk :p


Selasa, 04 November 2014

Pendakian Semeru - 3676 mdpl


INTRO ..



Perjalanan ini bermula dari iseng nanya temen dalam komentar sebuah jejaring sosial.  Karena jadwal kerja yang tak memungkinkan lagi cocok dengan teman yang dulu mau nanjak semeru bareng. Akhirnya saya putuskan untuk join dengan teman-teman dari jakarta, dengan meeting point di stasiun Malang Kota Baru, Minggu 19 okt 2014.

Setelah mengatur strategi siapa yang akan menggantikan posisi kerjaan di Balikpapan, saya kabur dulu ke Jogja hari Jumat malam lalu Sabtu Malamnya, cus ke Malang dengan kereta Malioboro Ekspress yang sudah saya pesan via online.

Malioboro Ekspress berangkat tepat jam 19.30 dengan estimasi waktu tiba di Malang jam 4 subuh. Saya cocokin dengan jadwal rombongan jakarta yang perkiraan tiba jam 7 pagi, dengan asumsi daripada mereka yang nunggu saya lebih baik saya yang nunggu mereka kalau keretanya ngaret. 

Jam 4 pagi teng, udah sampai di perhentian terakhir, stasiun Malang Baru. Dari sini sudah tampak beberapa rombongan lokal dan bule dengan keril-keril di punggung, destinasi populer kalau gak ke Bromo ya Semeru. 
3-4 jam di stasiun enaknya ngapain y? 
Saya putuskan cari mushola untuk subuhan sambil istirahat lurusin punggung. Dengan modal gps saya cari yang terdekat (mau tanya orang kok agak takut disasarin karena saya cewek sendirian). Lalu berjalanlah saya ke arah kiri dari stasiun. Di luar banyak muda-mudi berkostum metal ngemper, ternyata habis ada konser SID semalam, agak jauh dikit bapak-bapak beserta wanita berpakaian kurang bahan nongkrong di depan warung. Duh, begini ya rasanya solo trip di pagi buta, horoorr juga. Nyampe di tkp yang tertera di gps, ternyata mushola yang saya cari bukan mushola yang selalu hidup.. Pas lewat doi tutup.. untungnya lurus sedikit ada SPBU, jadilah numpang mushola disitu yang toiletnya juga antri banget sama anak-anak metal. dalam hati nyesel saya tadi cepet-cepet keluar gerbang stasiun, harusnya di dalem ada mushola dan toilet yang jauh lebih nyaman. 


Setelah agak terang, barulah saya sightseeing jalan-jalan sekitar stasiun. Berat juga lama-lama bawa carrier, pemanasan pemanasan. Sambil nyari mushola yang agak gede, niatnya biar bisa lurusin punggung sama pejemin mata sebentar, kurang tidur 2 malam ini. Tapi gak nemu-nemu.. gagal sudah niat bobonya. Capek jalan, saya nyangkut di halte angkot, ngobrol gak jelas sama ibu-bu, bapak-bapak. Nunggu kabar dari rombongan jakarta, dan nunggu kedatangan seekor teman saya yang lagi ngelanjutin S2 nya di Malang yg juga mo ikut naik bareng. 

Bosen di halte, saya pindah ke gerobak Soto nyarapan pagi, terus pindah lagi antri toilet yang kayaknya cuma ada 1 toilet umum jadi kudu sabar antri, sampai temen saya yg domisili Malang ini dateng dan ngabarin kalau kereta Matarmaja dari jakarta mengalami delay.. Oke deh kita tunggu sampai batas waktu yang tidak ditentukan, ngemper cucok lagi depan stasiun lalu terdengarlah Matarmaja kemungkinan tiba sekitar pukul 10.40 pagi. SYEMM! ngaret lah rencana kita.. 

Makin siang stasiun makin rame, makin panas. Muda mudi penonton konser semalam makin merapat ke stasiun nunggu kereta pulang. Udah jamuran nunggu, jam 11 akhirnya yang ditunggu tunggu tiba. Dan bermunculanlah wajah-wajah baru dan beberapa wajah lama yang saya kenal total sekitar 20 orang. Setelah kenalan singkat, kami membelah diri menjadi 2 tim angkot menuju desa Tumpang. Desa yang jadi basecamp sekaligus mengawali perjalanan kami. Langsung ke catper ..
---------

Pendakian Semeru 19 - 22 Oktober 2014
 Hari 1
Malang – Tumpang – Ranupane – Ranu Kumbolo

Malang ke Tumpang via angkot turun di basecamp Tumpang, kami membagi tim untuk belanja logistic di pasar Tumpang.
Melengkapi syarat yang belum lengkap seperti fotokopi ktp dan surat keterangan sehat plus Materai 6000. Lebih baik fotokopi disiapin 3 lembar deh biar gak rempong sampai sana. 

Di Tumpang wajib sewa Jeep/ Truck untuk ke Ranupane, pake mobil sendiri jg bisa sih tapi medannya hard disarankan pake 4WD, kalau motor masih bisa naik juga *asal yang dibonceng rela turun pas motornya gak kuat naik  :D 
Estimasi waktu perjalanan Tumpang - Ranupane adalah 2 jam


sekitar jam 2 siang, kami berangkat dari Tumpang, ngejar waktu maksimal boleh mendaki. Jam 4 kurang sampai di Ranupane, cuaca hari itu kabut dan sedikit hujan gerimis, berdasarkan pendaki yang baru turun, cuaca di atas lagi gak enak dan ada sedikit badai. Wah. bikin nyali agak ciut. Setelah mengurus perijinan, membayar ongkos registrasi selama 3 hari (total 75rb), dan ngisi perut di Warung Soto dekat Pos Ranupani kami berangkat menuju Ranu Kumbolo sebagai tempat camp pertama kami.

Ranu Pane ke Ranu Kumbolo menempuh sekitar 10,5 km dalam waktu 5 jam perjalanan

Pos yang dilewati Ranu Pani – Pos 1 – Pos 2 – Watu Rejeng – Pos 3 – Ranu Kumbolo

Ranu Pani - Watu Rejeng tracknya ringan, gak banyak tanjakan yang berarti

Watu Rejeng - Ranu Kumbolo nah ini yang tracknya cukup banyak nanjak

Perjalanan kami lalui dengan canda tawa dan cukup banyak istirahat. Kalau ada yang capek, tinggal bilang 'break' maka yang di depan berhenti, duduk sebentar untuk minum dan makan cemilan. 

Sekitar jam 9 malam, kami sampai di Ranu Kumbolo. Udah gelap jadi ranu kumbolo gak keliatan cakep nya, cuma bintang-bintang yang indah bertaburan di atas dan beberapa tenda yang sudah duluan berdiri di bibir danau. Malam itu kami cuma masak air panas aja untuk angetin badan, makan malamnya sudah kita bawa dari bawah jadi tinggal makan. yah walau lauknya udah awut-awutan karena dibawa dengan cara brutal, tetap lahap makan. karena inilah nasi terakhir yang bentuknya paling bagus dan lauk terenak yang kita makan sampai 3 hari ke depan. 

light painting.. written by idung



----------------------------
 

Hari 2



Ranu Kumbolo 2400 mdpl .

Masih malas rasanya bangun tidur sepagi ini, dingin pulak. jam setengah 5, dari balik tenda sudah terlihat semburat warna jingga tanda matahari mulai tampak. Pun, sudah cukup ramai suara manusia-manusia yang menunggu pagi. Gak tahan godaan, akhirnya melek juga. Kapan lagi liat view yang begini. Keluar tenda dan ..... 

tanpa babibu lagi semua narsis, jepret sana sini.





Setelah matahari cukup tinggi dan cukup menghangatkan, baru kami masak. Menu pagi ini, nasi yang kurang mateng, sayur sop bakso pakai lauk kering kentang teri.

Kemudian beres-beres tenda, dan meninggalkan barang yang kurang penting dibawa dalam tenda seorang kawan yang ditinggal dan dibiarkan berdiri di Rakum selama kita summit. Pasrah, insya allah aman (digembok juga sih).

 Jam 9.45 kita mulai perjalanan lagi menuju camp ground selanjutnya KALIMATI

Yang akan dilewati :

Ranu Kumbolo - Cemoro Kandang - Jambangan - Kalimati dengan estimasi perjalanan 4 - 5 jam.

Dari Rakum menuju Cemoro Kandang kita akan melalui Tanjakan Cinta. udah pada tau kan yah betapa populernya tanjakan ini. Tanjakan yang cukup bikin males.








while hiking on Tanjakan cinta keep thinking about someone and dont look back ! sek sek ak tak mikirke sopo yo












Di pucuk Tanjakan Cinta

selesai Tanjakan cinta kita langsung disuguhi hamparan padang sabana nan indah.. Oro Oro Ombo, ada dua jalur jelas yang sama-sama tujuannya ke Cemoro Kandang, mau terabas lewat padang rumput dan bunga kering di bawah atau mau melipir di pinggir bukit di atasnya bisa.. Bunga bunga kering coklat ini akan tampak indah berwarna ungu di awal musim kemarau (Mei-Juni). Tapi karena sekarang puncak kemarau, bunganya jadi kering.  Tidak sampai 30 menit kita sudah sampai di Pos Cemoro Kandang










Oro Oro Ombo




Cemoro Kandang - Jambangan ( 10.54 - 14.15 )
Cemoro Kandang - Jambangan kita tempuh dalam waktu sekitar 2 jam. Medannya naik terus.. cuma sekali turunan kalo gak salah, jadi sering istirahat terus kita. Maklum faktor "U" :D *fyi dalam perjalanan kami bertemu bapak penjual nasi bungkus yang dihargai 15ribu dengan menu nasi telur ceplok dan mi goreng. Langsung sikat aja, cukup murah mengingat bapaknya harus naik segini jauhnya untuk jualan nasi
Dari Jambangan, Puncak Mahameru sudah keliatan gagahnya. Selama perjalanan juga banyak papasan sama rombongan pendaki dari yang lokal sampai negeri tetangga, malaysia-singapore, dari yang masih remaja sampe yg udah om-om dan ibu-ibu juga ada, semuanya semangat.. soalnya bawaan mereka di bawa sama porter :D saling tukar informasi sama pendaki lain tentang kondisi puncak yang katanya semalam masih ada badai.





Jambangan - Kalimati ( 14.25 - 15.00)

Jambangan - Kalimati tracknya bonus.. datar dan turunan.. tapi ini jadi PR pas balik --"


Jam 3 sore kami sampai di Kalimati, batas pendakian dan camp ground terakhir yang di izinkan TNBTS. Ya, sebenarnya pihak TNBTS sampai saat ini  TIDAK meREKOMENDASIkan para pendaki untuk ke puncak. 
Dari sini puncak Mahameru udah keliatan jumawa, gagah dan tinggi sekali, gak usah dibayangin besok gimana capeknya.

Setelah dirikan tenda dan masak makan malam berupa nasi yang hampir jadi bubur, sarden dan mi rebus. Abis magrib kami langsung istirahat tidur, karena pukul 11 malam harus persiapan summit. Tidur ditemani suara angin yang menderu dan dengkuran tenda sebelah.
** di Kalimati terdapat sumber air bersih, namanya SUMBER MANI. butuh 1 jam bolak balik. Refill kebutuhan air minum di sini.


Waktu tempuh Ranu Kumbolo 2400 mdpl –Kalimati 2700 mdpl 5 jam ( 9.45 - 15.00 )


------------



Hari 3
Kalimati – Puncak – Kalimati – Ranu Kumbolo

11 malam persiapan summit. Tenda dll ditinggal semua di bawah, dan hanya bawa daypack berisi minum dan makanan ringan secukupnya. Berdoa bersama semoga cuaca pagi ini bersahabat, perjalanan dimudahkan dan dilancarkan.

Pukul 23.30 kami mulai bersiap jalan menuju Arcopodo. Ada 2 jalur menuju Puncak, jalur lama dan jalur baru. Entah kenapa kami malah masuk ke jalur baru yang ternyata dari awal tracknya sudah berupa jalur kerikil campur pasir, padahal kami masuk lewat pintu yang sama, taman Edelweis.

Berbeda dengan jalur lama yang tracknya masih berupa tanah. Track ini membuat kaki kami sudah bekerja keras lebih awal, membiasakan medan kerikil pasir yang kalau diinjak, naik 1 langkah turun ½ langkah. Track yang seharusnya baru kita hadapi saat memasuki batas vegetasi kalau lewat jalur lama. Track ini agak horor dilewati, jalannya memang cuma nanjak lurus, tapi curam dan beberapa ruas jalannya ada longsor dan pohon yang tumbang. 
Mental fisik mulai diuji disini, jalur yang seolah tak berujung, langkah yang seolah jalan di tempat, padahal ini belum batas vegetasi kalau lewat jalur lama Arcopodo.




 

04.30
Semburat jingga sudah mulai tampak, kami bahkan belum dapat separuh jalan menuju puncak. Dingin, lapar, haus, capek karena fisik yang sudah dikuras sejak 2 hari yang lalu, belum lagi kurang tidur akibat perjalanan dan aktivitas sebelum mendaki. Berbagai level capek dari capek biasa, capek banget, sampai capek mau mewek (halah) hampir putus asa saya lewati. Mendongak ke atas puncak tak kunjung tampak, menoleh ke bawah jalannya sudah jauh. Masa iya saya mau turun. Setiap 5 langkah ke atas saya terduduk diam, berbaring sejenak, pejamkan mata, mencari sisi gunung yang terkena hangat sinar matahari, tapi dinginnya masih dominan menusuk ujung-ujung jari. Tiap mata ini terpejam sesaat, semenit dua menit terbuka lagi, lihat pemandangan di bawah terus dongak lagi ke atas… ya Allah.. pikiranku semrawut. Mau naik kok ya capek banget ya.. tapi kalau gak naik sakitnya tuhh nanti belakangan.. 11 orang tim kami, 4 orang di antaranya sudah duluan naik, 4 orang kedua termasuk saya masih bertengger di punggung gunung, 3 orang lainnya sepertinya mengurungkan niat untuk muncak.











hampir pukul 9 pagi, saya MASIH JUGA belum sampe puncak, mengumpulkan puing-puing semangat yang tersisa, mengesampingkan rasa lapar lelah ngantuk. Di bawah saya masih banyak orang-orang bersemangat naik, saya gak boleh kalah semangatnya.





Sampai beberapa teman dari rombongan kami turun, dan memberi semangat “Ayo mbak, semangatt.. dikit lagi itu puncaknya. Cepat sebelum jam 10!” lalu kemudian ditepuk bahu saya, di tarik tangan saya agar lekas berdiri. aku kudu semangat !! Benar saja tak sampai 10 menit dari tkp saya sudah mencapai puncak.









Akhirnya kaki ini menjejak di tanah datar.. Alhamdulillah syukur padaMu ya Rabb sudah di izinkan menapakkan kaki di tanah tertinggi Jawa.. seketika capek hilang, plong rasanya.. terharu campur puas dalam hati.. bisa juga melawan keterbatasan diri sendiri. Langsung kupeluk tanah di depan ku (baca: terkapar).


Kawah Jonggring Saloka masih jalan beberapa ratus meter dari Puncak, sebenarnya pengen ke sana, tapi berhubung sudah mulai siang dan beresiko terpapar gas beracun ketika arah angin berubah, saya menatap dari jauh saja. Angin di atas cukup kencang, meski matahari sudah tinggi tapi suhu tetap saja rendah. Tak sampai 30 menit kami di atas, setelah puas foto-foto kami langsung turun. (yang bikin sedih memori card camera saya tertinggal di sini, entah jatuh dimana).



Jalan menuju Jonggring Saloka


Lain cara naik, lain lagi cara turunnya, turun jauh lebih menyenangkan. Cukup seluncuran saja di jalur pasir, dalam waktu kurang dari 1jam, sampailah anda di batas vegetasi. Adil gak tuh? 9 jam waktu naik, dibalas setengah jam waktu turun.. oke.

Dari batas vegetasi, kami lanjutkan turun menuju Arcopodo – Kalimati. Nah, disinilah baru kami sadar.. kalau jalan yang kami lewati semalam beda dengan jalur kami pulang. Jalur yang kami lewati ini jalur lama, yang di dominasi tanjakan, tapi tracknya masih berupa tanah, bukan kerikil pasir. Pantas aja kami rasanya gak nyampe-nyampe puncak, dari awal udah bosen kena track kerikil pasir.

Sekitar jam 13.00 sampai di kalimati, dalam kondisi lapar ngantuk haus..

Hari ini juga (hari ke 3), sesuai rencana, kami harus melanjutkan perjalanan kembali ke camping ground di Ranu Kumbolo

16.30 setelah beres-beres dan makan secukupnya. Kami turun ber 11 menuju Ranu Kumbolo. dijalan papasan sama orang yg dari jauh mirip artis.. setelah di liat makin dekat ternyata mereka adalah Bucek, Vicky dan tim My Trip My Adventure! Yah, kecepetan sehari kita naik. Kalo bareng kan mayan ke shoot :D ajak selfie bareng sebentar, terus lanjut lagi perjalanan.


(c) bagus

 Jam 19.30 an kami sampai di Ranu Kumbolo, dirikan tenda dan masak makan malam lagi
---------------------


Hari 4

Last day ... hari terakhir kami di Semeru.. ah sedih tapi seneng juga.. sedih karena harus pergi meninggalkan tempat indah ini, seneng karena kami akan pulang.. bertemu keluarga teman teman dan juga kasur !

Hari ini rute kita Ranu Kumbolo – Ranu Pane – Tumpang – Malang

Pagi yang tentu saja indah dan cerah di Ranu Kumbolo. Kegiatan kita foto-foto, santai dan cewek cewek bertugas masak. hufff

9 pagi, setelah sarapan dan beres-beres kami harus pulang. Mengejar jadwal kereta temen2 ke Jakarta, dan jadwal tiket saya pulang dari Surabaya.

Hari yang terik kala itu, tapi tak menyurutkan semangat untuk (lagi) foto-foto. Ranu Kumbolo bagus bangett dari jauh. Danaunya, sabananya, bukitnya.. ini yang akan selalu dirindukan.





Ranu Kumbolo dan Sabana di sekitarnya



Di tengah perjalanan menuju Pos Watu Rejeng, di Pos bayangan ternyata ada bapak penjual SEMANGKA dan air botol.. waaahhh.. syurga benerrr ini.. Benar – benar energy booster ! 2 iris semangka dihargai 5000 rupiah, 1 botol sedang aqua dihargai 10rb. Tak apalah diembat aja, hitung-hitung menghidupkan perekonomian warga. Abis makan semangka, jalannya pada cepet semua, gak ada capeknya.
**sudah ada sinyal telkomsel dan im3 di sekitaran Pos 3 - Ranupani (hilang timbul tergantung bukit). Di Pos 2 ada yang jual semangka dan air kemasan lagi.
Jam 13 lewat kita sampai di Ranupani. Siap-siap turun, dan nyerbu toilet . Bersih-bersih dikit, nunggu carteran jeep sambil beli souvenir.

Jam 15 sampai Tumpang, over Jeep ke angkot
Jam 16 sampai stasiun Malang Kota Baru. Disini kami berpisah, pamitan sama teman-teman seperjuangan yang sangat bersemangat :D semoga kita bisa ketemu lagi di trip selanjutnya. Terus saya numpang temen minta anter ke terminal.
Jam 16.15 sampai terminal Arjosari. Ngejar Bus Patas ke Surabaya, pas banget berangkat 5 menitan kemudian. Sempat was was juga ketinggalan pesawat.
Jam set 7an sampai surabaya, lanjut ngojek ke Juanda. Masih sempet mampir ke toko oleh-oleh juga. Sampai bandara jam 7.20. Karena udah web check in jadi tinggal bayar airport tax. Dan pesawat saya delay. dari jadwal seharusnya 7.55 menjadi jam 9.30 malam. Ngemper lagi di bandara dengan kondisi 4 hari blom mandi haha.


Jadi kira-kira seperti itu rentetan catatan waktu perjalanan saya. Alhamdulilah sampai catatan ini dibuat tak ada kurang suatu apa pun, semua teman-teman juga pulang ke rumah dengan selamat.
*kecuali memori card saya yg tertinggal di puncak, sisa dari kamera hp aja yg saya tampilkan disini, heuu


amazing partners !





Saat perjalanan pulang ke Tumpang, sabana Bromo terbakar


Notes :
  1. Persiapkan fisik jauh jauh hari sebelum pendakian.. perbanyak joging atau sepedaan. Deket hari H selalu jaga kesehatan dan cukup istirahat biar nggak drop selama pendakian
  2. Persiapkan perlengkapan PRIBADI selama pendakian, jaket tebal (windbreaker), jaket tipis, kaos, celana, kaus kaki lebih dari 2 pasang, sepatu hiking, sleeping bag (wajib, disarankan polar), tenda tergantung kapasitas, head lamp, trekking pole (optional), sendal tipis (kalau buat keluar tenda), buff atau slayer (semeru berdebu)
  3. Persiapkan obat pribadi, suplemen vitamin (minimal tolak angin, becomc, parasetamol, obat diare, minyak kayu putih, betadin, hansaplas)
  4. Persiapkan logistik selama 3-4 hari
  5. Sampah jangan lupa di bawa turun, yg organik bisa dibakar sambil buat api unggun, jangan terlalu dekat dengan rumput dan INGAT selalu tinggalkan perapian dalam keadaan PADAM ! Berita kemarin, Sabana RANU KUMBOLO terbakar karena api yang merambat dari sampah yang terbakar dan ada tabung gas yang meledak. Saat kemarau rumput menjadi sangat kering dan rawan terbakar.
  6. Sumber air Semeru ada di Ranu Pani, Ranu Kumbolo dan Sumber Mani (Kalimati). Air Ranu Kumbolo merupakan danau yang tak bergerak, jadi disarankan jangan mandi atau pup, kalau nyuci alat masak, bekas air nya dibuang dirumput lebih bagus agar tak mencemari air danau. Karena rasa air danau ini sesungguhnya tidak terlalu segar, rasanya udah agak bacin (mungkin karena banyak yang nyuci nyuci disini), tapi masih aman diminum (terbukti saya gak kena diare)
  7. Air di sumber mani berasal dari mata air pegunungan. Airnya bersih dan seger.
  8. sudah ada sinyal im3 dan telkomsel (putus nyambung) selama perjalanan Ranu Pani - Watu Rejeng
  9. Jangan heran kalau ada bapak penjual nasi bungkus, gorengan atau semangka bahkan rokok di sekitar Ranu Kumbolo - Kalimati. Kadang pagi-pagi udah ada warga yang nawarin makanan di Ranu Kumbolo. Semangka saat perjalanan Ranu Pani - Ranu Kumbolo, kadang di Cemoro Kandang. Yah tapi jangan terlalu ngarep mereka selalu ada ya karena itu tergantung mereka mau naik apa gak.. tetap logistik harus cukup
  10. Selalu berdoa sebelum memulai perjalanan, jaga selalu kekompakan tim, jangan sampai ada anggota yang tertinggal sendiri di belakang, bahkan sweeper sekalipun.
  11. Saat turun dari Puncak jangan turun sendiri, karena jalur kadang cukup membingungkan dan banyak jurang, disinilah lokasi yang paling sering membuat pendaki kesasar. Kalau bingung lebih baik diam dan menunggu ada orang lain yang turun jadi bisa barengan
  12. Puncak itu bonus, tujuan utama itu pulang dengan selamat. Kalau fisik dan cuaca gak memungkinkan jangan paksa naik. TNBTS tidak merekomendasikan untuk naik ke puncak.
  13.  

Senin, 09 Juni 2014

Pendakian Merbabu 3142 mdpl


Pemandangan di atas pasti kita lihat tatkala melintasi udara Yogyakarta, istimewa memang, Ring of Fire nya Jawa yang mengelilingi daratan eksotik nan subur ini. Selama bertahun-tahun yang lalu cuma bisa lihat dari pesawat (telat kena 'racun' naik gunung sih), akhirnya di ujung Mei lalu berkesempatan menapakkan kaki di salah satu gunung indah Jawa Tengah, Merbabu. Rela saya jauh-jauh terbang dari bumi Borneo lagi untuk mengobati kerinduan muncak dan menguji diri sendiri. Memanfaatkan harpitnas dan dengan mengopyak-opyak beberapa teman yang tersisa di jogja berangkatlah kita tanggal 27-28 Mei 2014 dengan jumlah tim sebanyak 5 orang.


Gunung Merbabu memiliki ketinggian 3.142 mdpl, dan memiliki 7 puncak dengan Puncak Trianggulasi sebagai puncak tertinggi. Ada 4 jalur yang dapat ditempuh untuk mencapai puncak, jalur Utara (Wekas, Cunthel, Tekelan) dan jalur Selatan (Selo). Kebanyakan orang memilih naik dan turun lewat jalur yang berbeda, misal Wekas-Selo, Cunthel-Selo, Tekelan-Selo apalagi bagi yang mau lanjut lagi ke Merapi bisa terus lewat Selo. Kami memilih jalur Selo untuk naik-turun dengan pertimbangan : dekat dengan jogja, bawa kendaraan pribadi yang akan ribet kalau start-finish di jalur berbeda dan jalur Selo terkenal dengan sabana indahnya. Kekurangannya jalur Selo adalah jalur yang panjang dan tak ada sumber air sepanjang jalur pendakian, sehingga stok air harus disiapkan dari bawah dan harus cukup untuk naik-turun.

***

every journey begins with one step

Rute Merbabu via Jalur Selo :
Basecamp - Pos 1 - Pos 2 - Pos 3 - Sabana 1 - Sabana 2 - Puncak Trianggulasi dan atau Puncak Kenteng Songo
*note : perjalanan kami santai dan tidak ketat dengan waktu :D

And here we are, dengan bahan dan peralatan survival selama di gunung, berangkatlah kita dari basecamp pukul 13.30. Bismillah, berdoa bersama memohon keselamatan dan perlindungan, karena puncak adalah tujuan namun pulang dengan selamat jauh lebih utama. Perjalanan dari basecamp menuju Pos 1 kami tempuh selama 1,5 jam. Jalur didominasi hutan cemara di track awal, kemudian hutan heterogen yang rimbun, medannya masih nanjak standar, dan sesekali track datar 'bonus'. Selama perjalanan sering banget papasan sama pendaki yang mau turun, mereka tak hentinya berujar "semangat ya mbak, mas, dikit lagi'. Yak,semua mendadak saling sapa di gunung, hal yang gak pernah kita temui kalau ke mall. 

Setiap pos atau di tengah jalan kami selalu luangkan waktu untuk break sejenak, istirahatin punggung yang bawa 'beban hidup', ngatur napas, lurusin kaki.. Track mulai terasa menantang waktu mau masuk Pos 3, ada beberapa jalur yang sempit dan licin.

Pukul 17.20 kami sampai di Pos 3, disini mulai terlihat pepohonan Edelweis yang tumbuh di punggung bukit


edelweiss menyambut di Pos 3


Camp Ground di Pos 3, udah keliatan Merapinya

Hawa dingin bergelayut, gelap pun turun, badan capek plus laparr akhirnya tim kami memutuskan untuk nge-camp di Pos 3 saja, meleset dari rencana awal kami untuk camp di sabana 1 atau 2. Dirikan tenda, masak makan malam berupa sayur sop hangat + sarden telur.. sedangkan nasi sudah kita bawa dari bawah, kemudian sholat dan istirahat. Rencananya sih mau summit sambil sunrise berangkat jam 3 pagi.

Sebelum tidur, stargaze dulu, kapan lagi menikmati bintang-bintang di tempat yang minim polusi cahaya gini.

shillouette of Mt Merapi under the sky full of stars
*milky way kepotong karena cuma ada lensa standar :D


cahaya masa lalu yang indah


pas hunting ini, temen saya kena 'ranjau' darat yang gak di pendam sama yg punya. hhedehh
***

Jam 3 pagi, semua tim mulai menggeliat malas karena dingin dan pengen pipis. kami menghangatkan badan bikin teh panas, setelah diskusi, sepertinya pada berat kalau harus summit sepagi ini.. akhirnya, summit attack pun ditunda, tedoor lagi.. wkwk..

Jam 5.20 pagi.. sudah mulai terang tapi masih dingiinn.. pas buka tenda.. waw samudera awan menyambut di ufuk timur, berpadu langit membentuk garis horizon, dengan puncak gunung Lawu menyembul di antaranya. Serasa negri di atas awan.. Cakep !!

"Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari" indahnya


mata-hari
(c) kinaryo

   
merapi dari balik bukit pos 3 selo

sekitar 8 pagi setelah sarapan kami berangkat muncak.. muncak yang kesiangan !
Tenda dll ditinggal di Pos 3, yang kita bawa hanya tas daypack berisi air, makanan kecil secukupnya dan mantel untuk jaga-jaga. Pos 3 menuju Sabana 1 tracknya gak jauh memang tapi terjalnya sampai bikin merangkak-rangkak naik.

Sumbing yang ngintip, ditengah jalan menuju Sabana 1

Sabana 1, camp ground yang cukup luas. Salah satu teman kita memutuskan gak ikut lanjut perjalanan muncak di sini, wah padahal nanggung. Di Sabana 1 kabut mulai turun, sempat pesimis juga gak akan dapat view, tapi tetap harus majuu, kapan lagi kesini. Sambil nunggu kabut reda kita duduk istirahat. Lalu lanjutin perjalanan, 20 menitan kemudian sampailah kita di Sabana 2.. Padang Sabana yang luaaasss dan kereennn... cukup banyak yang ngecamp disini, tapi harus pandai-pandai cari perlindungan  dari angin karena minim pohon.


Sabana 2, dan bukit 'php' dibelakangnya yang mengantarkan kita ke puncak
wallpaper windows xp 




tetap senyum walau badan pegel
Dari Sabana 2 tinggal selangkah lagi menuju Puncak. Selangkah yang penuh perjuangan karena kaki makin pegel tapi semangat masih on-fire.. Bukit dibelakang itu yang keliatannya kecil tapi ternyata tinggi.. membuat kita ngerasa udah deket puncak tapi ternyata belom.. Butuh waktu hampir  2 jam untuk sampai puncak.. tiap 5 langkah, berhenti, kaki gemeter.. balik badan ke belakang liat gundukan sabana dan gagahnya merapi.. ahh.. indahnya bikin kita semangat lagi untuk naik, bikin nyeri di kaki ilang tiba-tiba.. tapi abis 5 langkah.. capek lagi.. haha.. 



hampir puncak ! pemandangan ini jadi penyemangat pas capek



on Top.. Puncak Kenteng Songo
Puncak Trianggulasi 

sekitar jam 12 kami sampai Puncak Trianggulasi, sungguh tak ada yang istimewa di sini, hanya sepetak tanah seukuran lapangan badminton yang gersang.. tapi sensasinya terasa dalam hati.


kadang mikir apa coba yang kita cari disini, capek-capek, panas-panas, jauh dari kata nyaman.. tapi ya inilah, hadiah dari keringat dan semangat.. keindahan yang diberi sang Pencipta, juga kepuasan telah menaklukan batas kemampuan diri sendiri.
Mungkin ini zat adiktif yang merasuk para Pendaki. Segala keluh kesah keringat terbayar saat sampai puncak, kadang selama perjalanan mengeluh capek ini itu, tapi saat raga sudah jauh dari ketinggian, rasa rindu itu tetap ada dan memanggil-manggilmu untuk berada di puncak lagi. "Karena bukan gunung yang kita taklukan tapi diri kitalah"

okeeh cukup ceramahanya :D .. setelah istirahat dan foto-foto kami lanjut ke Puncak Kenteng Songo yang hanya berjarak 5 menit jalan kaki dari Puncak Trianggulasi. Yak, Merbabu memang punya lebih dari 1 Puncak dan yang tertinggi adalah Puncak Kenteng Songo. 




 
***


view jalur utara dari Puncak Trianggulasi



view Sabana 2 ke Sabana 1









Jam 12.30 kita turun ke pos 3, makan secukupnya, beres-beres tenda, bawa turun semua sampah lalu turun ke basecamp.. Kasur udah manggil-manggil.
Di tengah perjalanan turun kita ketemu sama sepasang anak muda yang baru lulus SMA  dari Jakarta, yang akhirnya kita ajak bareng sampai ke jogja.. (Sayang gak sempat tuker CP, semoga kita bisa ketemu lagi )

Jam 8an malem sampai basecamp ambil kendaraan yang dititipkan di rumah warga lalu cuss pulang ke Jogja. Alhamdulillah semua personil sampai dengan keadaan selamat tanpa kurang satu apapun.


*Time record perjalanan kita, harap maklum kalau lambat :))

Hari ke 1 : 27 Mei 2014
Start dari Basecamp Selo jam 13.30 (kesiangan dari jogja)
Basecamp - Pos 1 = 1,5 jam ( 13.30 - 15.00)
Pos 1 - Pos 2 = 1,5 jam (15.10 - 16.40)
Pos 2 - Pos 3 = 1,5 jam lebih dikit (16.50-17.30)
ngecamp di Pos 3 karena hari sudah gelap

 
Hari ke 2 : 28 Mei 2014
Pos 3 - Sabana 1 = 1 jam (7.40-8.45)
Sabana 1 - Sabana 2 = 25 menit (9.10-9.35)
Sabana 2 - Puncak Trianggulasi =  2 jam (9.45-11.50)
Puncak Triangggulasi - Puncak Kenteng Songo 5 menit

Total waktu yang kita butuhkan 8 jam ! :D ini perjalanan yang sangat santai, banyak istirahat dan banyak foto-foto. kalau yang kaki dan fisik nya kuat bisa 'cuma' 6 jam. 

PS : usahakan selalu ajak temen yang doyan fotografi agar selalu bisa eksis :D




ini peta perjalanan dan ETA yang bermanfaat banget walaupun waktu tempuh kita lebih lambat.
*Dapet nemu dari internet, thanks to yang buat !!